Lucu Tapi Nyesek: Kenapa Making Babies Wajib Ditonton Pasangan Muda

Lucu Tapi Nyesek: Kenapa Making Babies Wajib Ditonton Pasangan Muda

Film komedi biasanya identik dengan tawa, kejutan konyol, dan cerita ringan yang cocok untuk hiburan santai. Tapi Making Babies bukan tipe film komedi biasa. Ada sesuatu yang berbeda, yang lebih dalam, lebih menusuk, dan lebih relevan terutama bagi pasangan muda di era sekarang.

Mengambil pendekatan komedi-drama, film ini menyingkap sisi lain dari hubungan: tekanan punya anak, rasa gagal, kecemasan, hubungan yang diuji, hingga siklus emosi yang naik-turun. Semua ditampilkan dalam gaya yang lucu… tapi juga nyesek. Kamu bisa ketawa, lalu tiba-tiba mikir, “anjir ini real banget buat banyak orang.”

Artikel ini membedah secara lengkap kenapa Making Babies begitu relate, begitu emosional, dan begitu penting untuk ditonton pasangan muda—baik yang sudah menikah, baru nikah, lagi merencanakan punya anak, atau bahkan yang belum mikir ke sana.


1. Film yang Menghadirkan Realita yang Jarang Disorot

Banyak film komedi romantis mengangkat hal-hal seperti:

  • perjalanan cinta,
  • konflik ringan,
  • pernikahan impian,
  • honeymoon indah,
  • keluarga bahagia.

Tapi sangat sedikit film yang mau membahas apa yang terjadi setelah pernikahan, terutama isu yang sangat nyata:

Masalah Kesuburan & Tekanan untuk Punya Anak

Making Babies menggambarkan realita yang dialami banyak pasangan muda:

  • trying to conceive berbulan-bulan,
  • komentar keluarga yang bikin panas,
  • tekanan sosial yang makin kencang,
  • biaya medis yang tinggi,
  • dan hubungan yang perlahan-lahan mulai retak.

Yang bikin film ini spesial adalah kejujurannya. Ia tidak menutupi betapa sulitnya proses punya anak. Tidak ada glamorisasi. Tidak ada romantisasi. Semua ditampilkan dengan apa adanya—tapi tetap dengan sentuhan komedi yang bikin situasinya terasa ringan.


2. Katie dan John: Karakter yang Bener-Bener Relatable

Katie

Perempuan modern yang smart, punya karier, dan ingin punya anak. Tapi saat tubuhnya tidak bekerja seperti yang diinginkan, ia mulai:

  • menyalahkan diri sendiri,
  • merasa kurang sebagai perempuan,
  • mudah marah,
  • gampang meledak,
  • dan capek secara mental maupun fisik.

Katie mewakili banyak perempuan di dunia nyata yang merasa sendiri dalam perjuangan ini, meskipun punya pasangan.

John

Suami yang mencoba tetap positif, tapi dia juga manusia. Ia merasa:

  • nggak berguna,
  • nggak bisa nolong,
  • terbebani finansial,
  • takut lihat istrinya sakit,
  • dan bingung harus jadi bentuk dukungan seperti apa.

Hubungan mereka begitu nyata. Ada pertengkaran kecil, awkward moment, kelelahan emosional, tapi juga cinta yang besar.


3. Humor yang Jadi Senjata Bertahan

Ini bagian yang bikin film ini unik.

Meski penuh tekanan dan emosi, Making Babies tetap mempertahankan humor lewat:

  • momen konyol di klinik,
  • proses pengumpulan sampel yang awkward,
  • saran random dari teman,
  • obat hormon yang bikin mood swing ekstrem,
  • dan situasi aneh yang muncul ketika hubungan diatur oleh kalender ovulasi.

Humor bukan sekadar hiburan. Ini adalah mekanisme bertahan hidup bagi Katie dan John.

Di dunia nyata pun banyak pasangan menggunakan humor untuk mengatasi stres. Karena kalau tidak ditertawakan, semua akan terasa jauh lebih berat.


4. Tekanan Sosial yang Terasa Sangat Nyata

Ini bagian yang paling relate buat semua pasangan muda di mana pun.

Film ini menampilkan dengan sangat baik bagaimana komentar orang lain bisa menyakitkan:

  • “Kapan punya anak?”
  • “Udah lama nikah ya, kok belum isi?”
  • “Kamu nunggu apa?”
  • “Nanti keburu tua loh.”

Banyak orang ngomong seperti itu tanpa sadar dampaknya.
Making Babies menghadirkan situasi tersebut secara halus, lucu, tapi pedih.

Buat pasangan yang lagi berjuang punya anak, komentar begitu bener-bener terasa seperti tusukan jarum kecil yang terus-menerus.


5. Reality Check untuk Pasangan yang Mau atau Baru Menikah

This movie feels like a wake-up call.

Banyak pasangan muda yang hanya mempersiapkan:

  • venue nikah,
  • dekorasi,
  • bulan madu,
  • rumah setelah nikah.

Tapi tidak banyak yang mempersiapkan soal:

  • kesehatan reproduksi,
  • komunikasi emosional,
  • kesiapan mental punya anak,
  • atau kemungkinan infertilitas.

Making Babies membuka mata bahwa kehidupan setelah menikah jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan.


6. Representasi Fertility Journey yang Jarang Banget Ada di Film

Di film ini kita melihat kondisi nyata:

Tes Hormon

Melelahkan. Menyakitkan. Mahal.

Mood Swing

Naik-turun seperti roller coaster.

Kunjungan Klinik Berulang Kali

Menunggu hasil yang belum tentu positif.

Biaya yang Tidak Masuk Akal

Bikinnya bukan cuma stres… tapi bisa jadi sumber konflik rumah tangga.

Harapan yang Selalu Naik-Turun

Setiap tes bisa membuat mereka kembali excited, tapi juga bisa bikin hancur saat hasilnya negatif.

Sebagian besar film romantis tidak pernah masuk ke wilayah ini.
Dan Making Babies jadi film penting karena memperlihatkan pengalaman yang dialami banyak pasangan tapi jarang dibicarakan.


7. Hubungan yang Diuji dari Segala Arah

Film ini membuat penonton sadar bahwa perjuangan punya anak bukan sekadar persoalan medis.

Ini tentang:

  • ego,
  • ekspektasi,
  • trauma,
  • rasa bersalah,
  • rasa tidak berharga,
  • dan cinta yang diuji habis-habisan.

Ada adegan-adegan ketika Katie dan John hampir menyerah.
Ada momen di mana mereka bahkan merasa bukan lagi satu tim.

Itu semua terasa begitu realistis dan sangat menyentuh.

Pada akhirnya, mereka harus mengingat kembali mengapa mereka bersama dari awal.
Bukan untuk punya anak — tapi karena mereka mencintai satu sama lain.


8. Karakter Pendukung yang Menambah Kekuatan Cerita

Beberapa karakter sampingan juga memperkaya cerita:

Teman yang sudah punya anak

Punya anak dengan mudah dan sering tidak sadar dengan privilege mereka.

Keluarga yang cerewet

Niatnya baik, tapi sering salah ucap.

Dokter kandungan

Profesional, tapi terkadang terlalu “klinikal” tanpa empati.

Semua ini menggambarkan situasi yang sangat familiar bagi penonton.


9. Kenapa Film Ini Wajib Ditonton Pasangan Muda?

Ini poin paling penting dalam artikel ini.
Berikut alasan kenapa film ini harus masuk playlist tontonan pasangan:

✔ Memberi gambaran nyata kehidupan setelah menikah

Tidak hanya yang manis-manis.

✔ Mengajarkan pentingnya komunikasi

Bukan cuma kasih sayang, tapi kejujuran emosi.

✔ Menunjukkan efek tekanan sosial

Yang sering diremehkan.

✔ Membuka percakapan serius

Tentang fertility journey, mental health, dan kesehatan reproduksi.

✔ Memberi humor agar masalah berat bisa dipahami dengan ringan

Lucu tapi nyesek—dan itu bikin film ini sangat mudah diterima.

✔ Menjaga hubungan tetap kuat

Karena film ini bikin penonton sadar bahwa semua pasangan punya tantangan masing-masing.


10. Pesan Moral yang Dalam & Menyentuh

Setelah menonton film ini, ada beberapa pesan penting yang akan nempel di kepala:

1. Tidak semua pasangan bisa punya anak dengan mudah

Dan itu bukan sesuatu yang harus dipermalukan.

2. Perjuangan ini adalah perjuangan bersama

Tidak boleh ada yang merasa sendirian.

3. Jangan memaksakan timeline hidup

Tidak semua harus terjadi cepat.

4. Cinta tidak bergantung pada punya anak atau tidak

Ini poin paling penting dari semuanya.


Kesimpulan: Film yang Lucu, Pedih, dan Sangat Relevan

Making Babies adalah film yang:

  • bikin ketawa,
  • bikin mikir,
  • bikin sedih,
  • dan bikin paham bahwa masalah rumah tangga tidak sederhana.

Film ini adalah cermin bagi pasangan muda, pengingat bahwa cinta itu bukan cuma soal kebersamaan di momen bahagia, tapi juga berdiri kuat dalam masa-masa terkelam.

Dan itulah alasan kenapa film ini wajib banget ditonton.